Jumat, 25 Maret 2016

Movie: The Odd Life of Timothy Green

The Odd Life of Timothy Green
     Udah lama banget nih gw ga nulis2 lagii, sekarang lagi nyusun skripsi siih, dan hampir ga ada pikiran lain selain ngumpulin mood buat ngetik skripsi. Nah klo udah lelah gtu biasanya gw nonton film aja di kamar. Yaa lumayan buat nge refresh otak dan pikiran jadi di sini gw juga pengen berbagi cerita tentang film-film yang udah ditonton ya. 
       "The Odd Life of Timothy Green" yang direlease pada 15 Agustus 2012 di USA bakal buat kita terharu nontonya. Pasalnya film yang bergendre drama, comedy dan family ini menceritakan kisah sepasang suami istri yang menginginkan kehadiran seorang anak di rumahnya, ketika dokter mengatakan untuk menyerah karena sudah tidak mungkin sepasang suami istri ini akan memiliki anak dari rahimnya lagi. Merekapun pulang dan menghibur diri serta berkhayal akan seperti apa anak mereka kelak, sang suami mengambil kertas dan menuliskan keinginan dan harapan pada anak mereka sambil tertawa bahagia. Menyadari bahwa khayalan dan imaginasi mereka tak akan terkabul maka lembaran2 harapan mereka yang telah di tulis di atas lembaran2 kertas kecil tersebut dimasukkan ke dalam kotak dan ditanam di pekarangan depan rumah mereka dan mereka beristirahat.
        Malam itu hujan turun lebat dan membangunkan mereka dari tidur, sang suami memeriksa keadaan rumah yang sangat berantakan oleh badai dan hujan lalu kembali ke tempat tidur dan ternyata ada sesuatu yang bersembunyi dibalik selimut sementara sang istri sedang di kamar mandi. Kehadiran anak tersebut merupakan anugrah karena anak tersebut datang dari harapan2 yang ditanam di pekarangan depan rumah mereka, namun hal yang mengejutkan adalah anak tersebut memiliki daun2yang tumbuh di mata kakinya, suatu keistimewaan bagi tersebut.

       Anak tersebut hidup dengan kemampuan dan harapan dari orang tuanya, apa yang dituliskan  kedua  orang tuanya ada pada diri anak it. Namun sangat disayangkan Timothy hanya hidup sampai daun2 dikakinya habis. Timothy juga harus meningglkan anak perempuan yang merupakan perwujudan dari harapan sang ibu "mencintai dan dicintai" sangat mengarukan kisah ini. Film yang ditulis oleh Ahmet Zappa sangat unik dan menarik karena menghadirkan banyak kejutan dan imajinatif sangat bagus ditonton apalagi bagi orang2 yang menyukai gendre fantasy seperti gw, film2 yang ga masuk akal didunia nyata yang hanya ada didalam imajinasi hehheee. Endingnya sedih bnget soalnya Timothy harus pergi, ia juga membagi2kan dedaunan yang gugur dari kaki kepada orang2 yang disayanginya. Seiring dedaunan pada kakinya gugur maka Timothy menghilang. Sedih bnget orang tuanya, namun kesedihan tersbut tergantikan oleh hadirnya anak adopsi mereka yang sangat diperjuangkan oleh sepasang suami istri tersebut. Pokoknya film ini salah satu film yang recommended bget dah buat di tonton.

Selasa, 12 Januari 2016

HI- Islam in Southeast Asia, Philipina Conflict



Islam and International World 


Sejarah Konflik Filipina Selatan  Dalam Menuntut Hak Otonom Bagi Masyarakat Muslim Moro


Sejarah mengatakan bahwa, sekitar tahun 1380M  agama Islam merupakan agama mayoritas, terutama di wilayah bagian Filipina Selatan. Islam bukanlah agama pertama di negara Filipina, namun pada saat itu Islam datang kedalam peradaban dan masyarakat yang telah memiliki budaya terutama di Filipina bagian selatan, Mindanao dan Sulu. Masuknya Islam di negara ini berawal dari kedatangan seorang tabib dan ulama Arab yang bernama Karimul Makhdum serta Raja Baguinda yang berdakwah menyebarkan agama ini. Islam telah datang sebelum Spanyol menjajah Filipina pada 16 Maret 1521. Setelah keberhasilan Spanyol menakhlukkan Filipina Utara maka Spanyol berencana untuk menakhlukkan Filipina Selatan yang dipimpin kesultanan Islam pada masa itu, namun menakhlukkan Filipina Selatan tidak semudah menakhlukkan Filipina Utara. Bangsa Moro yang mendiami Filipina selatan ini ternyata lebih gigih dalam mempertahankan wilayah mereka. 
 Pada 1898 M, melalui Traktat Paris Spanyol secara resmi memberikan  Filipina kepada Amerika Serikat. Untuk menarik simpati, Amerika berjanji akan memberikan kebebasan beragama, dan kebebasan mengungkapkan pendapat dan memberikan pendidikan  kepada bangsa Moro yang kemudian dibuktikan dengan penandatanganan Traktat Bates pada 1898 M. Tentunya sikap Amerika Serikat merupakan kedok untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Pada 1903 Di bawah pemerintahan Amerika Serikat Mindanao dan Sulu yang mayoritasnya beragama islam disatukan menjadi wilayah provinsi Moroland dengan alasan untuk menyatukan rakyat Mindanao dan Sulu agar dapat bermasyarakat.  Dalam praktik penjajahannya Amerika menggunakan bujukan dan pendidikan untuk menghentikan perlawanan bangsa Moro. Dalam hal pendidkannya Amerika memasukkan unsur dan norma-norma Barat untuk mengasimilasi Bangsa Moro pada kebiasaan orang-orang Kristen.
 Amerika Serikat pada akhirnya merasa bahwa Filipina tidak banyak memberi keuntungan bagi negara mereka karena banyaknya biaya yang harus dikeluarkan dalam membenahi wilayah dan kericuhan yang terjadi, maka pada masa pra-kemerdekaan yang ditandatangani dengan peralihan kekuasaan dari penjajahan Amerika Serikat ke pemerintahan Filipina yang bermayoritaskan Kristen memberlakukan hukum tanah, bahwa setiap tuan tanah harus mendaftarkan kepemilikan tanah secara resmi kepada pemerintah Filipina. Banyak dari Filipina Selatan yang enggan untuk berurusan dengan pemerintahan Filipina dan akhirnya ini menjadi alasan bagi pemerintahan Filipina untuk menyita tanah milik masyarakat Filipina Selatan sehingga pemerintah dapat melakukan program imigrasi Filipina Utara ke Filipina Selatan yang bertujuan untuk berbaur, mengekplorasi wilayah Filipina Selatan yang hidup secara tradisional serta menjalankan politik genocide pada awal decade 1970an.
 Para Imigran asal Filipina utara  yang telah hidup jauh modern dan berpendidikan dibanding dengan masyarakat selatan yang masih bersifat tradisional akhirnya lebih pandai dalam mengelola tanah dan memiliki ekonomi yang jauh lebih baik dari pada penduduk setempat. Banyak dari warga Selatan yang akhirnya bekerja dan menjadi buruh untuk para imigran. Menyadari hal tersebut warga pribumi setempat tidak dapat menerima dan akhirnya timbulah konflik tanah antara warga pribumi dan para imigran yang kehidupannya jauh lebih baik dan merembet kepada konflik agama.  Keadaan ini juga telah memicu protes yang keras kepada pemerintahan Filipina terlebih lagi pemegang kekuasaan pemerintahan berada di Filipina Utara yang mayoritasnya beraga Katolik membuat warga Selatan tidak patuh dan lebih menghormati datuk setempat.
 Sulitnya warga Selatan bermasyarakat dengan warga Utara dan juga pemerintah adalah karena; 1) Bangsa Moro sulit menghargai undang-undang Nasional, karena undang-undang tersebut berasal dari barat dan Katolik. 2) Sistem sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama bagi setiap anak Filipina disemua daerah tanpa membedakan agama dan kultur dan hal ini yang membuat bangsa Moro enggan untuk belajar disekolah. 3) Bangsa Moro masih trauma dan tidak suka dengan program perpindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah Filipina ke wilayah Mindanao yang akhirnya merubah posisi mereka sebagai mayoritas menjadi minoritas di tanah leluhur bangsa Moro. Alasan tersebut menimbulkan rasa kekecewaan yang mendalam  bagi bangsa Moro yang akhirnya dengan alasan tersebut melahirkan gerakan perlawan baru dari bangsa moro seperti Muslim Independent Movement (MIM) pada tahun 1968, Moro Liberation Front (MLF) pada tahun 1971 yang pada perkembangannya terpecah menjadi Moro Natioan Liberation Front (MNLF) yang dipimpin oleh Nurulhaj M. dan Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang dipimpin oleh Salamat H.
 Karena tidak mendapat respon yang baik dari pemerintah Filipina akhirnya Pemberontakan dan perlawanan bangsa Moro terus berlangsung dari pasca kemerdekaan Filipina pada 1946 sampai saat ini, bahkan bangsa Moro ditanah leluhurnya mendapat tindak diskriminasi dan marjinalisasi; kemiskinan tingkat pendidikan rendah dan lapangan pekerjaan yang sulit bagi bangsa Moro. Usaha para gerakan perlawanan bangsa Moropun tak sia-sia karena dikabarkan telah mendapat dukungan dari dunia Internasional salah satunya OKI dan  mendapat pemasukan dana dari Libya. Konflik Filipina Selatan dan pemerintahan Filipina akhirnya menjadi konflik separatis yang menimbulkan korban dari kedua belah pihak dan rakyat sipil. Dalam hal ini pemerintah Filipina memiliki dua strategi besar yaitu strategi konfrontasi dan politik berupa perjanjian damai maupun referendum untuk meredamkan pemberontakan bangsa Moro tersebut.
 Saat ini muslim Filipina hanya menjadi kaum minoritas di daerah The Autonomous Region in Muslim Mindanao (ARMM) yang dibentuk oleh pemerintah pada 1989 sebagai hasil kesepakatan  damai antara pemerintah dan MNLF, tentunya sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan sejarah Filipina sebelum masa penjajahan Spanyol dan Amerika Serikat. Hingga saat ini gerakan perlawanan bangsa Moro masih berjuang untuk kemerdekaan wilayah ARMM dan masih dalam perundingan antara presiden Aquino untuk otoritas landasan Hukum Islam di bagian Filipina Selatan tersebut.

 “Kami telah mencapai langkah selanjutnya menuju Mindanao yang lebih damai dan progresif,” kata Aquino setelah memberikan usulan undang-undang baru itu kepada para pemimpin kongres.
Masyarakat Internasional tentunya berharap konflik tersebut dapat terselesaikan secara damai karena akan mengganggu stabilitas wilayah Asia Tenggara dan dapat melahirkan kelompok-kelompok ekstrim yang dapat mengancam keamanan Asia.


Referensi
Makalah Metodologi Studi Islam: Sejarah islam di Filipina, https://www.academia.edu/9397096/Makalah_Metodologi_Studi_Islam_Sejarah_Islam_di_Filipina

Islampos: Presiden Filipina desak wilayah otonom Muslim, https://www.islampos.com/presiden-filipina-desak-wilayah-otonomi-muslim-172961/
Lilis Ayu Rimbawati
201110360311064
Class B



Minggu, 10 Januari 2016

HI- Islam and Eropa


Islam and International World


Pengaruh Xenofobia Terhadap Perkembangan Islam di Perancis


Perancis merupakan salah satu negara di Eropa yang beberapa pekan terkahir ini menjadi sorotan dan perbincangan dunia internasional. Aksi terror yang terjadi pada tahun 2015 dan penyerangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo telah ramai diperbincangkan. Tentunya isu yang terjadi di Perancis ini seringkali dikaitkan dengan Islam sehingga memicu rasa ketidaksukaan masyarakat terhadap warga muslim yang bertempat tinggal di negara sekuler tersebut. Sejarah mengatakan bahwa Islam sempat Berjaya di Eropa setelah penakhlukkan beberapa daratan di negara-negara Eropa. Pada tahun 91-94 H, panglima Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad berhasil menakhlukkan Andalusia sampai ke Asturies hingga ke Teluk Biscay, pantai Prancis.
Imigran mempunyai peran yang sangat besar dalam penyebaran Islam di negara demokrasi tersebut. Islam berkembang sangat pesat dan perlahan-lahan masyarakat yang mayoritasnya memeluk agama Kristen dan katolik ini perlahan-lahan menerima kedatangan agama baru di benua biru ini terutama pada abad ke-20. Para imigran dan buruh berasal dari negara-negara jajahan perancis seperti Aljazair, Maroko dan Tunisia datang dan tersebar ke berbagai wilayah di Eropa. Survei dari sebuah tabloid Perancis pada tahun 2006 menunjukan bahwa jumlah muallaf yang berasal dari warga asli Perancis mencapai 60.000 orang. Atas hasil survey tersebut, maka Islam menjadikan agama terbesar  kedua di Prancis sehingga menjadi perhatian dan sorotan dari pemerintah maupun warga Prancis.  
Islam telah memberi pengaruh terhadap kehidupan social warga Perancis dan mulai mendirikan organisasi dan beberapa masjid-masjid di Perancis sebagai tempat ibadah dan memperdalam ajaran agama Islam.  Perkembangan Islam yang begitu pesat telah menimbulkan rasa khawatir bagi warga Prancis terutama pemerintah terhadap organisasi organisasi Islam, sehingga adanya pelarangan penyebaran agama terutama Islam yang akan menimbulkan pengkotak-otakan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok yang nantinya akan menyebabkan disintegrasi. Ketakutan pemerintah ini menimbulkan dipersempitnya pintu keimigrasian bagi imigran yang berasal dari arab khususnya bagi yang beragama Islam.
Sikap pemerintah Perancis ini jelas menunjukkan  xenophobia terhadap muslim, terutama setelah adanya isu terror yang meruntuhkan gedung WTC Amerika Serikat yang sempat menciptakan Islamophobia yang berlebihan di seluruh dunia. Xenofobia merupakan ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain atau yang dianggap asing. Bahasa ini berasal dari bahasa Yunani, “xenos “yang artinya “orang asing” dan “phobos” artinya “ketakutan”.  Pasca peristiwa terror Paris tersebut, banyak bermunculan gerakan anti-Muslim yang melebihi sepanjang 2014. Le Pen, pemimpin sayap kanan di Perancis merupakan salah satu orang yang menentang imigrasi dan mengatakan bahwa Islam harus diberangus dan semua masjid ditutup pasca serangan yang menewaskan 129 orang tersebut. Menurutnya kedatangan hampir sejuta pengungsi Muslim dapat mengancam persatuan dan kedaulatan negara-negara Eropa.  Namun bertolak belakang dengan pernyataan Manuel valls “Islam masih menjadi kesalahpahaman, prasangka dan ditolak oleh warga” kata perdana menteri Perancis.
Muslim Perancis telah membentuk kawasan Muslim dan menerapkan syariah agama Islam terhadap kehidupan mereka, namun beberapa pihak melarang dan tidak dapat menerima penerapan syariat Islam sekalipun di wilayah kaum muslim tersebut. Apa yang dilakukan sekelompok orang tersebut terlalu berlebihan dan tidak dapat menghargai kebebasan beragama di negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi ini.  Menurut laporan harian Perancis, beberapa warga anti-muslim telah melakukan aksi coret-coret berbentuk salib didinding salah satu masjid di Paris. Ditengah kericuhan anti-muslim, banyak warga Perancis yang menunjukkan dukungan terhadap muslim di Perancis maupun muslim diseluruh dunia melalui akun media social.
 Ketakutan pemerintah Perancis tentang isu dan terror yang terjadi di Perancis telah  melahirkan konferensi yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan ekstremisme. Pertemuan tersebut akhirnya dapat dihadiri oleh 120 pemimpin komunitas Muslim dan para pejabat dari pemerintahan.  Pemimpin dari Perancis Muslim Council (CFCM) dan rektor masjid agung meminta dukungan pemerintah untuk memberi pelatihan bagi imam untuk menghindari penyebaran pesan-pesan ekstrimis. Selain itu  akan diselenggarakan dialog antara Muslim dan pemerintah Perancis sekali dalam dua tahun untuk meningkatkan komunikasi dan untuk menunjukkan bahwa Islam merupakan bagian dari  masyarakat Perancis. Tentunya keadaan yang terjadi di Perancis menggambarkan bahwa pemerintahan Perancis belum mampu untuk menangani kaum yang tergolong minoritas tersebut dan sikap pemerintah telah menunjukkan ketakutan terhadap ideologi Islam yang telah tersebar dan melekat dalam keseharian warga muslim yang tentunya lambat laun  akan mempengaruhi warga Prancis yang menganut paham sekularisme.

Referensi
http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/islam-di-negeri-menara-eiffel.htm

Lilis Ayu R.
201110360311064
Class B